BAB
I
PENDAHULUAN
Streptococcus pyogenes
adalah bakteri yang selnya berbentuk bulat, bersifat gram positif, tidak
berspora, dan bersifat anaerob fakultatif, tersusun berderet seperti
rantai,
panjang rantai bervariasi dimana akan lebih panjang pada media cair
dibanding
pada media padat dan sebagian besar ditentukan
oleh factor lingkungan. Bakteri ini tidak membentuk spora, kecuali
beberapa
strain yang hidupnya saprofitik. Pada pertumbuhan tua sifat
gram positifnya akan hilang dan menjadi
gram negative karena nutrisi yang ada pada sel bakteri telah berkurang
sehingga
lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri menipis.
Infeksi Streptococcus
pyogenes dapat dipengaruhi
oleh bermacam-macam factor, antara lain sifat biologis bakteri dan cara
host
memberikan respon.Manusia termasuk salah satu mahluk yang paling rentan
terhadap infeksi Streptococcus pyogenes dan tidak ada alat tubuh atau
jaringan
dalam tubuhnya yang betul-betul kebal.Bakteri ini dapat
menyebabkan penyakit epidemik antara
lain scarlet fever, erisipelas, pharyngitis
(strep throat), impetigo, cellulitis, myositis
,streptococcal toxic shock syndrome,
rheumatic fever, glomerulonephritis
akut dan
bermacam-macam penyakit lainnya.
Faringitis
adalah salah satu penyakit
yang disebabkan karena infeksi Streptococcus
pyogenes. Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang
tiba-tiba, nyeri
tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring,
palatum,
tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang
purulen
mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi
neutrofil
akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang
menyertai
biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan,
tonsillitis
eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen,
muntah,
malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria. Streptococcus
Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada
anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa.
BAB
II
ISI

Kingdom :
Bacteria
Filum
: Firmicutes
Kelas
:
Bacilli
Ordo
:
Lactobacillales
Family :
Streptococcaceae
Genus :
Streptococcus
Spesies :
Streptococcus
pyogenes
MORFOLOGI
Streptococcus
pyogenes adalah
salah
satu jenis bakteri Streptococcus
beta hemolitikus grup A, yaitu Streptococcus
yang dapat menyebabkan terjadinya hemolisis sel darah merah yang
disertai dengan pelepasan hemoglobin. Streptococcus
pyogenes adalah bakteri
Gram positif, non-spora, bersifat fakultatif anaerob, dan selnya
berbentuk
bulat dengan diameter 0.6-1 μm. Biasanya struktur tersusun dalam bentuk
rantai
yang panjangnya beragam atau pasangan sel.
Streptococcus pyogenes
mudah tumbuh dalam media BAP. Penambahan glukosa dalam konsentrasi 0.5%
akan
meningkatkan pertumbuhannya, tetapi menyebabkan penurunan daya lisisnya
terhadap sel darah merah. Dalam lempeng agar yang diinkubasi pada suhu
37°C
selama 18-24 jam akan membentuk koloni kecil abu-abuan,bentuknya bulat,
pinggir
rata pada permukaan media, koloni tampak seperti setitik cairan.
Streptococcus bersifat
anaerob fakultatif, hanya beberapa jenis yang bersifat anaerob obligat.
Pada
perbenihan biasa, pertumbuhannya kurang subur jika ke dalamnya tidak
ditambahkan darah atau serum. Streptococcus
hemolyticus meragi glukosa dengan membentuk asam laktat
yang
dapat menghambat pertumbuhannya.
Tumbuhnya akan subur bila diberi glukosa berlebih dan diberikan bahan
yang
dapat menetralkan asam laktat yang terbentuk.Tes katalase negatif untuk
Streptococcus,
ini dapat membedakan dengan Staphylococcus di mana tes katalase positif.
Berdasarkan sifat
hemolitiknya pada lempeng agar darah,bakteri ini dibagi dalam:
a. hemolisis
tipe alfa, membentuk warna kehijau-hijauan dan hemolisis sebagian
disekeliling
koloninya, bila disimpan dalam peti es zona yang paling luar akan
berubah
menjadi tidak berwarna.
b. Hemolisis
tipe beta, membentuk zona bening di sekeliling koloninya, tak ada sel
darah
merah yang masih utuh, zona tidak bertambah lebar setelah disimpan dalam
peti
es.
c. Hemolisis
tipe gamma, tidak menyebabkan hemolisis.Untuk membedakan hemolisis yang
jelas
sehingga mudah dibeda-bedakan maka dipergunakan darah kuda atau kelinci
dan
media tidak boleh mengandung glukosa. Streptococcus yang memberikan
hemolisis
tipe alfa juga disebut Streptoccocus viridans. Yang memberikan
hemolisis
tipe beta disebut Streptococcus hemolyticus dan tipe gamma sering
disebut sebagai Streptococcus anhemolyticus.
STRUKTUR
ANTIGEN
a)
Karbohidrat
C
Zat ini terdapat dalam dinding sel
dal oleh lancefield dipakai sebagai dasar untuk membagi streptococcus
dalm
group-group spesifik dari A sampai T.sifat khas dari karbohidrat C
secara
serologic di tunjukan oleh suatu aminosegar.
b)
Protein
M
Protein ini ada hubungannyadengan
vaktor virulensi kuman streptococcus grup A, kerjanya menghambat
fagositosis./
terutama dihasilkan oleh kumandengan koloni tipemukoid.
c)
Substansi
T
Antigen ini diperoleh dari dengan
kuman dengan menggunakan enzim proteolitik. antigen ini merangsang
pembentukan agglutinin.
d)
Protein
R
Antigen R tip 20 tahan terhadap
tripsin tetapi tidak tahan pepsin dan rusak secara perlahn lahan oleh
asam
dan pemanasan.
e)
Nucleoprotein
Ekstrasi streptococcus dengan basa
lemah , menghasilkan suatu campuranyang terdiri protein dan substansi P
yang
mungkin merupakan bagian dari badan sel kuman.
f)
Bakteriofaga
Krause dan McCarty berhasil
menemukan bakeriofaga yang dapat melisiskantipe 1, 6, 12, 25 dan
streptococcus
hemolyticus grup C huan.
g)
Metabolit
bakteri
h)
Toksin
eritogenik
Toksin ini ntahan selama jam pada
suhu 60°C, tetapi dalam air mendidih akan rusak dalam waktu 1 jam.
toksin ini
merupakan penyebab terjadi rash pada febris scarlatina.
i)
Hemolisis
In vitro streptococcus dapat
menyebabkan terjadinya hemolisi pada sel darahmerah dalam berbagai
taraf. Jika
penghancuran sel darah merah terjadi secaralengkap dengan disertai
pelepasan
hemoglobin, maka disebut beta hemolisis.Jika penghancuran sel darah
merah tidak
menjadi secar lengkap dengandisertai pembentukan pigmen hijau, maka
disebut
alfa hemolisis. Gammahemolisis kadang-kadang dipakai untuk menunjukan
kuman
yang nonhemolitik.
j)
NAdase
Enzim ini terutama dibuat oleh
streptococcus grup A, C
dan G.
k)
Streptokinase
Enzim ini kerjanya merubah
plasminogen dalam serum menjadi plasmin,yaitu suatu enzim proteolitik
yang
menghancurkan fibrin dan protein lainnya.
l)
Streptodornase
Enzim ini kerjanya memecah DNA,
terutama dibuat oleh streptococcus grupA, C dan G.
m)
Hialuronidase
Enzim ini memecah asam hialuronat
yang merupakan komponen penting dari bahan dasar jaringanikat. Ada
beberapa jenis streptococcus grup A yangdapat menghasilkan hialuronidase
dalam
cairan perbenihan, jenis ini tidak membentuk selubung hialuronidase
dibuat
oleh streptococcus grupo B dan G.
n)
Proteinase
Enzim ini diaktifkan oleh senyawa
sulfhydryl pada pH 5,5 ± 6,5.
Dalamsuasana
dimana enzim dapat dihasilkan dengan baik, justru secara langsung
mengakibatkan
kerusakan pada protein streptokinase dan hialuronidase.
o)
Amylase
Beberapa jenis streptococcus grup A
membuat enzim ini dalam perbenihanditambahkan plasma manusia, tepung
kanji
glikogen dan maltose.
p)
Esterase
Enzim ini juga dibuat oleh
streptococcus grup A, terutama bekerja terhadapsubstrat yang berupa beta
naptil
asetat.
q)
K oloni
bentuk L
Koloni ini dapat timbul secara
spontan,
tetapi koloni ini dapat pula timbul jika kedalam perbenihan ditambahkan
penisilin atau basitrasin.
r)
Alergi
Ada beberapa penyelidikan yang
hasilnya dipakai sebagai dugaan bahwaalergi terhadap kuman streptococcus
ataupun produknya, mempunyai peranan penting dalam demam rheuma
glomerulonefritis.
PATOGENESIS
Infeksi streptokokus
timbulnya dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, antara lain
sifat
biologik kuman, cara host memberikan respons, dan cara masuknya
kuman
kedalam tubuh. Penyakit yang ditimbulkan oleh kuman streptokokus dapat
dibagi
dalam beberapa kategori.
1. Penyakit
yang terjadi karena invasi
Pada setiap kasus dapat terjadi
selulitis yang cepat
meluas secara difus ke jaringan sekitarnya dan saluran getah bening,
tetapi peradangan
setempatnya sendiri hanya terjadi secara ringan. Dari saluran getah
bening
infeksinya cepat meluas ke dalam peredaran darah, sehingga terjadi
bakteremia.


a)
Erysipelas
Erysipelas merupakan
suatu
infeksi kulit akut dan saluran limfa yang di sebabkan oleh bakteri
Streptokokkus pyogenes . Erysipel biasanya bermula dari luka kecil
dan
muncul di bagian wajah, tangan dan kaki. Penderita nampak sakit berat
dengan
demam tinggi. Pada pemeriksaan ditemukan lekositosis, lebih dari 15.000
lekosit. Titer ASO meningkat setelah 7-10 hari. Kuman tidak ditemukan
dalam
pembuluh darah, tetapi di dalam cairan getah bening dari pinggir lesi
yang
sedang meluas, terutama dalam jaringan subkutan.
Pada penyakit ini dapat terjadi
bakteremia yamg
menyebabkan infeksi metastatik di lain organ. Dengan pemakaian
antibiotika
mortalitasnya dapat ditekan, tetapi pada bayi, orang tua yang debil dan
pada
penderita yang mendapat pengobatan dengan kortikosteroid, penyakit ini
dapat
berkembang demikian cepat sehingga berakibat fatal.
Penyakit ini cenderung untuk
kambuh di tempat yang
sama, sehingga terjadi sumbatan pada saluran getah bening yang bersifat
menahun. Kulit setempat tumbuh secara tidak teratur, sehingga terjadi elephantiasis
nostras
verrucosa. Jika lokalisasinya di bibir dapat terjadi macrocheilia,
suatu pembengkakan bibir yang bersifat persiten.
b) Sepsis
puerpuralis
Kuman streptokokus masuk ke dalam
uterus sehabis
persalinan. Septikimia terjadi karena luka yang terkena infeksi, yaitu
berupa
endometritis.
c) Sepsis
Sepsis merupakan respon tubuh
terhadap infeksi yang
menyebar melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi karena luka
bekas
operasi atau karena trauma, terkena infeksi oleh kuman streptokokus. Ada
yang
menyebut penyakit ini sebagai surgical
scarlet fever.
2. Penyakit
yang terjadi karena infeksi lokal
a) Radang
tenggorok
Disebabkan oleh streptococcus
beta hemolyticus. pada
bayi dan anak kecil timbul sebagai nasofaringitis subakut dengan sekret
serosa
dan sedikit demam dan infeksinya
cenderung meluas ke telinga tengah, prosesus mastoideus dan selaput
otak.
Kelenjar getah bening cervical biasanya membesar. Penyakitnya
dapat
berlangsung berminggu-minggu. Pada anak-anak yang lebih besar daripada
orang
dewasa, penyakitnya berlangsung lebih akut dengan nasofaringitis dan
tonsilitis
yang hebat, selaput lendir hiperemis dan membengkak dengan
eksudat yang
purulen. Kelenjar getah bening cervicalmembesar dan nyeri,
biasanya
disertai demam tinggi. Duapuluh persen dari infeksi ini tidak
menimbulkan
gejala (asimptomatik).
Jika kuman dapat membuat dapat
membuat toksin
eritrogenik, dapat timbul scarlet fever rash. Pada scarlet fever rash
kuman
terdapat dalam faring, tetapi toksin eritrogenik yang dihasilkannya
menyebabkan
terjadinya kemerah-merahan yang difus. Eritema mulai timbul di leher,
meluas ke
tubuh, kemudian menyebar ke ekstremitas.
b) Impetigo
Pada impetigo lokalisasi infeksi
sangat superfisial,
dengan pembentukan vesicopustulae di bawah stratum korneum. Terutama
terdapat
pada anak kecil, penyebaran terjadi per continuitatum. Bagian kulit yang
mengelupas diliputi oleh crusta yang berwarna kuning madu. Penyakit ini
sangat
menular pada anak-anak dan biasanya disebabkan oleh Streptococcus
dan Staphylococcus. Infeksi
kuman
streptokokus tipe 49 dan 57 pada kulit sering menyebabkan timbulnya
nephritis
post streptococcalis.
3. Endokarditis
bakterialis
a) Endokarditis
bakterialis akuta
Penyakit ini timbul pada
bakteremia oleh streptococcus
beta hemolyticus, pneumokokus, stefilokokus, ataupun coliform
organism negatif
gram. Pada pecandu narkotika, stafilokokus dan kandida merupakan
penyebab utama
terjadinya endokarditis. Penyakit ini dapat mengenai katup jantung yang
normal
maupun yang telah mengalami deformasi, dan menyebabkan terjadinya
endokarditis
bakterialis ulseratif yang akut. Destruksi katup jantung yang terjadi
secara
cepat maupun ruptura chordae tendinae, seringksli menyebabkan
terjadinya
kematian dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu.

b) Endokarditis
bakterialis subkuta
Penyakit ini terutama mengenai
katup jantung yang
abnormal, lesi rematik, kalsifikasi ataupun penyakit jantung
kontinental.
Penyebabnya terutama streptococcus viridans dan streptococcus
faecalis; stafilokokus kadang-kadang dapat menjadi penyebabnya,
tetapi pada
hakekatnya setiap mikroorganisme, termasuk fungi dapat menjadi
penyebabnya.
4. Infeksi
lainnya
Berbagai macam streptokokus
terutama
enterokokus, merupakan penyebab infeksi traktus urinarius. Streptokokus
anaerob, normal dapat ditemukan dalam traktus genitalis wanita, dan
dalam mulut
dan dalam intestinum. Kuman ini dapat menimbulkan lesi supuratif, baik
sendirian ataupun bersama kuman anaerob lainnya, biasanya golongan
bakteriodes.
Infeksi yang demikian dapat terjadi dalam luka, emdometritis postpartum,
sehabis terjadi ruptura dari suatu viscus abdominalis, atau pada
peradangan
paru-paru yang kronis. Pus yang timbul biasanya berbau busuk.
5. Penyakit
pasca infeksi
setelah suatu infeksi streptokokus
grup
A, terutama radang tenggorokan, dapat disusul suatu masa laten selama
2-3
minggu, setelah mana dapat timbul nefritis atau demam demam rheuma.
Adanya masa
laten ini menunjukkan bahwa penyakit yang timbul setelah infeksi
streptokokus
bukan merupakan akibat langsung dari penyebaran bakteri, melainkan
merupakan
reaksi hipersensitif daripada organ yang terkena terhadap zat anti
streptokokus.
a) Glomerulonefritis
akut
Penyakit ini dapat timbul 3 minggu
setelah infeksi
kuman streptokokus, tetutama dari tipe 1, 4, 12, 18, 25, 49, dan 57.
jenis
tertentu memang beesifat nefritogenik. Pada 23% dari anak-anak yang
terkena
infeksi kulit oleh streptokokus tipe 49 terkena nefritis hematuria.
Tetapi pada
infeksi kuman streptokokus secara random, incidence untuk terjadinya
nefritis
kurang dari 0,5%.
Pada penyakit ini terjadi kompleks
antigen zat anti
pada selaput basal dari glumerolus. Antigen yang terpenting kemungkinan
terdapat
dalam selaput protoplas dari streptokokus. Klinis ditemukan adanya demam
ringan, malaise, sakit kepala, anoreksia, edema ringan tetapi
meliputi
seluruh tubuh, hipertensi ringan, dan pendarahan retina. Pada
pemeriksaan urin
akan ditemukan gross hematuria, protein silinder yang terdiri
dari sel
darah merah, hialin dan granula, dan ditemukan juga adanya sel darah
putih dan
sel epithel. Pada pemeriksaan darah, titer ASO meningkat dan ada retensi
nitrogen. Beberapa penderita dapat meninggal atau dapat timbul
glumerulonefritis
kronik dengan payah ginjal, tetapi sebagian besar dari penderita sembuh
sepenuhnya.
b) Jantung
rheuma
Demam rheuma atau rheumatic
fever merupakan
sequelae infeksi streptococcus hemolyticus yang paling
serius,
sebab dapat mengakibatkan kerusakan pada otot dan katup jantung.
Patogenesis rheuma
belum jelas tetapi ada yang menyatakan bahwa streptococcus grup
A
mempunyai struktur glikoprotein yang sama dengan otot dan katup jantung
manusia. Timbulnya demam rheuma biasanya didahului oleh infeksi
streptokokus grup A 2-3 minggu sebelumnya. Infeksinya mungkin hanya
ringan
tanpa memberikan gejala. Infeksi streptokokus yang tidak mendapat
pengobatan,
pada 0,3-3% dari penderita dapat menyebabkan timbulnya demam rheuma.
EPIDEMIOLOGI, PENCEGAHAN DAN
KONTROL
Sejumlah
bakteri
streptococcus misal, streptococcus viridians dan enterococcus,
merupakan sebagian dari flora normal pada tubuh manusia. bakteri ini
hanya akan
menimbulkan penyakit jika terdapat diluar tempat-tempat di mana
mereka biasanya berada, misalnya pada katup jantung. Untuk mencegah
kemungkinan terjadinya hal itu, terutama pada sewaktu melakukan
tindakan-tindakan opratif pada traktus urinarius dimana sering
menyebabkan
terjadinya bakteremia temporer, pemberian obat-obatan antibiotika sangat
diperlukan untuk mencegah atau untuk pengobatan dini terhadap infeksi
streptococcus beta hemolytikus grup A pada penderita yang diketahui
mempunyai
kelainan katup jantung.
Sumber
infeksi kuman streptococcus dapat berasal dari penderita atau carrier.
Penularannya terjadi secara droplet dari traktus respiratorius atau dari
kulit.
Cara control terpenting adalah
1. Pada
penderita dengan infeksi streptococcus grup A pada traktus respiratorius
ataupun kulit harus diberikan antibiotic secara intensif.
2. Pada
penderita yang pernah mendapat serangan demam rheuma harus diberikan
antibiotikadalam dosis profilaksis.
3. Untuk
mencegah penyebaran streptococcus dapat dilakukan dengan cara mencegah
pengotoran oleh debu, ventilasi yang baik, ringan udara, sinar ultra
violet, dan pemakaian aerosol.
CONTOH KASUS
Faringitis didiagnosis dengan cara
pemeriksaan
tenggorokan, kultur swab tenggorokan. Pemeriksaan kultur memiliki
sensitivitas
90-95% dari diagnosis, sehingga lebih diandalkan sebagai penentu
penyebab
faringitis yang diandalkan.
Faringitis
yang paling umum disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes yang
merupakan
Streptocci Grup A hemolitik. Bakteri lain yang mungkin terlibat adalah
Streptocci Grup C, Corynebacterium diphteriae, Neisseria Gonorrhoeae.
Streptococcus
Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada
anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa. Penyebab lain yang banyak
dijumpai
adalah nonbakteri, yaitu virus-virus saluran napas seperti adenovirus,
influenza, parainfluenza, rhinovirus dan respiratory syncytial virus
(RSV).
Virus lain yang juga berpotensi menyebabkan faringitis adalah echovirus,
coxsackievirus, herpes simplex virus (HSV). Epstein barr virus (EBV)
seringkali
menjadi penyebab faringitis akut yang menyertai penyakit infeksi lain.
Faringitis oleh karena virus dapat merupakan bagian dari influenza.
DIAGNOSA LABORATORIUM (Faringitis)
a) Bahan
pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan dapat
diperoleh dengan cara
Swabbing dari hidung atau tengggorokan atau langsung dari darah , pus ,
sputum
, liquor cerebro spinalis, exudat, dan urine.
Jika pada faringitis bahan
pemeriksaan dapat diperoleh dari swab tenggorok.
b) Pemeriksaan
langsung
Pemeriksaan langsung dari sputum
atau swab tenggorok
seringkali hanya menemukan coccus tunggal atau berpasangan, jarang
ditemukan
dalam bentuk rantai.
c) Pembiakan
Bahan pemeriksaan ditanam pada lempeng agar darah; jika diduga
bakterinya bersifat anaerob juga ditanam dalam perbenihan tioglikolat.
Pada lempeng
agar darah Streptococcus hemolyticus grup A akan tumbuh dalam beberapa
jam atau
hari. Didalam perbenihan dari bahan darah, bakteri Streptococcus
viridans dan
Enterococcus tumbuhnya dapat sangat lambat. Kadar CO2 10%
dapat
mempercepat terjadinya hemolysis. Cakram Basitrasin yang mengandung 0,2
unit
menghambat pertumbuhan Streptococcus grup A.
No comments:
Post a Comment