BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang
kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, Orang lazim
menyebutnya sebagai penyakit gula atau kencing manis.Sebelum
menjelaskan lebih lanjut soal penyebab dan cara perawatan pasien
diabetes melitus ada baiknya kita simak dulu definisi mengenai diabetes
melitus itu sendiri.
Diabetes
mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia)
akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Gangren adalah nekrosis yang di sertai pembusukan
jaringan, yang sering sebagai akibat kerja kuman tertentu, misalnya
Klostridia.Jaringan yang terkena tampak berwarna hitam karena penimbunan
senyawa sulfida, besi dari Hb yang rusak.Jadi nekrosis isemik bagian
distal anggota tubuh dapat menjadi gangren bila mengalami infeksi yang
sesuai.
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu :
1. Apa Definisi Dan Penyebab dari Gangren?
2. Apa Definisi Dan Penyebab Dari Diabetes Melitus?
3. Bagaimana Patofisiologi
Diabetes Melitus?
4.
Bagaimana Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus?
5.Bagaimana
Penatalaksanaan Diabetes Melitus?
6.Bagaimana Konsep Dasar Nyeri( Pengertian, Fisiologi,
Klasifikasi, Etiologi )?
1.3.Tujuan
Adapun Tujuannya Yaitu :
1.
Mengetahui Definisi Dan
Penyebab dari Gangren.
2.
Mengetahui Definisi Dan
Penyebab Dari Diabetes Melitus.
3.
Mengetahui Patofisiologi Diabetes Melitus.
4.
Mengetahui Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus.
5. Mengetahui Penatalaksanaan Diabetes
Melitus.
6. Mengetahui Konsep Dasar Nyeri( Pengertian, Fisiologi,
Klasifikasi, Etiologi ).
1.4. Manfaat
Manfaatnya
yaitu :
Ø Kami sebagai mahasiswa dapat
mengetahui mulai dari definisi, penyebab, patofisiologi, tanda dan
gejala, Penatalaksanaan, serta konsep dasar nyeri dari diabetes
mellitus.
Ø Selain kami juga
dapat mengetahui Asuhan Keperawatan dari Contoh Kasus Diabetes Mellitus.
BAB II
PEMBAHASAN
DIABETES MELITUS (DM)
A. Definisi Ganggren
Gangren adalah nekrosis yang di
sertai pembusukan jaringan, yang sering sebagai akibat kerja kuman
tertentu, misalnya Klostridia. Jaringan yang terkena tampak berwarna
hitam karena penimbunan senyawa sulfida, besi dari Hb yang rusak.Jadi
nekrosis isemik bagian distal anggota tubuh dapat menjadi gangren bila
mengalami infeksi yang sesuai.
Nekrosis adalah kematian jaringan
yang disebabkan oleh iskemia, metabolik, trauma.Kematian sel atau
jaringan pada mikroorganisme hidup disebut nekrosis, tidak terikat pada
penyebabnya. Merupakan proses patologis setelah terjadi cedera sel dan
sering mengenai suatu jaringan yang padat.
B. Penyebab
Disebabkan oleh adanya emboli
pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah
terhenti. Dapat terjadi sebagai akibat proses inflamasi yang memanjang;
perlukaan (digigit serangga, kecelakaan kerja atau terbakar); proses
degeneratif (arteriosklerosis) atau gangguan metabolik diabetes mellitus
(Tabber, dikutip Gitarja, 1999). pada gangren diabetik adalah
streptococcus (Soeatmaji, 1999).
C. Diabetes Mellitus
1. Definisi
Diabetes Mellitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam
jumlah tertentu dalam darah.
2. Penyebab
a. Pembentukan diabetes yang penting
adalah dikarenakan :kurangnya produksi insulin (diabetes mellitus tipe 1, yang
pertama dikenal), atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap
insulin (diabetes mellitus tipe 2, bentuk yang lebih umum). Selain itu,
terdapat jenis diabetes mellitus yang juga disebabkan oleh resistansi
insulin yang terjadi pada wanita hamil. Tipe 1 membutuhkan penyuntikan
insulin, sedangkan tipe 2 diatasi dengan pengobatan oral dan hanya
membutuhkan insulin bila obatnya tidak efektif. Diabetes mellitus pada
kehamilan umumnya sembuh dengan sendirinya setelah persalinan.
b. Pemahaman dan partisipasi pasien
sangat penting karena tingkat glukosa darah berubah terus, karena
kesuksesan menjagagula darahdalam batasan normal dapat mencegah
terjadinya komplikasi diabetes. Faktor lainnya yang dapat mengurangi
komplikasi adalah: berhentimerokok, mengoptimalkan kadar kolesterol, menjaga berat tubuh yang stabil, mengontroltekanan darah tinggi, dan melakukanolah ragateratur.
Gejala-gejala
diabetes mellitus :
a. Gejala akut
Pada
permulaan :
·
Banyak
makan (poifagia)
·
Banyak
minum (polidipsia)
· Banyak kencing (poliuria)
Penderita
menunjukan berat badan terus naik dan tambah gemuk karena jumlah
insulin masih mencukupi
b. Gejala kurang insulin :
· Polidipsia dan poliuria
· Nafsu makan berkurang
· Kadang timbul rasa mual jika
glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai :
· Banyak minum dan kencing
· BB turun 5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu
· Mudah lelah
· Bila tidak diobati penderita akan
merasa mual bahkan akan jatuh koma disebut koma diabetic akibat glukosa
terlalu tinggi > 600 mg/dl.
c. Gejala kronik
Gejala
ini biasa muncul sesudah beberapa bulan atau tahun mengidap DMGejala
antara lain :
·
Kesemutan
· Kulit terasa panas atau seperti di
tusuk jarum
·
Rasa
tebal di kulit
·
Kram
· Capai
· Mudah ngantuk
· Mata kabur (sering ganti kaca mata)
· Gatal disekitar kemaluan terutama
wanita
· Para ibu hamil sering mengalami
keguguran dengan berat badan lahir 4 kg
· Kepekaan genetic
· Peristiwa lingkungan (benda asing)
mengawali proses pada individu yang peka
· Respon radang pancreas yang disebut
“ insulitis”. Sel yang menyerbuk pulau-pulau adalah limfosit T aktif
· Aktifasi auto imunitas. Perubahan
pada permukaan sel-sel beta, sehingga oleh sistenm imun dikenal seabagai
“ non-self” (asing)
· Timbul respon imun. Antibody
sitotoksit menyerang sel beta (lebih dari 90%) à DM
d. Stadium
1. Stadium luka
a) Anatomi kulit
· Partial Thickness : hilangnya
lapisan epidermis hingga lapisan dermis paling atas.
·Full Thickness : hilangnya lapisan
sub kutan.
Stadium I : kulit berwarna merah,
belum tampak adanya lapisan epidermis
Stadium
II : hilangnya lapisan epidermis/lecet sampai batas dermis paling atas.
Stadium
III : rusaknya lapisan dermis bagian bawah hingga lapisan sub kutan
Stadium
IV : rusaknya lapisan sub kutan hingga otot dan tulang
b) Warna dasar luka
· Red/merah : (pink/merah/merah tua)
disebut jaringan sehat, granulasi/epiteisasi, vaskulerisasi
· Yellow/kuning : (kuning muda/kuning
kehijauan/kuning tua/kuning kecoklatan) disebut jaringan mati yang
lunak, fibrinolitik, slough, avaskularisasi.
· Black/hitam : jaringan nekrosis,
avaskularisasi
c) Stadium Wagner untuk luka diabetic
1. Superficial ulcers
· Stadium O : tidak terdapat lesi.
Kulit dalam keadaan baik, tapi dengan bentuk tulang kaki yang
menonjol/charcot arthropathies
· Stadium I : hilang lapisan kulit
hingga dermis dan kadang-kadang tampak menonjol.
2. Deep ulcers
· Stadium II : lesi terbuka dengan
penetrasi ke tulanh atau tendon (dengan goa)
· Stadium III : penetrasi dalam,
osteomyelitis, pyarthrosis, plantar abses atau infeksi hingga tendon.
3. Gangren
· Stadium IV : gangrene sebagian,
menyebar hingga sebagian dari jari kaki, kulit sekitarnya selulitis,
gangrene lembab/kering.
3. Patofisiologi
Defisinsi Insulin
Glukagon
penurunan pemakaian
Glukosa oleh sel
Glukoneogenesis hiperglikemia
Lemak
protein glycosuria
Ketogenesis
BUN Osmotik diuresis
Kekurangan
Volume cairan
|
Ketonemia nitrogen urine
dehidrasi
Mual muntah
Ph
Hemokonsentrasi
Resti Ggn Nutrisi
Kurang dari kebutuhan
|
Asidosis
Trombosis
§ Koma Aterosklerosis
§ Kematian
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Retina Ginjal
Jantung serebral ekstremitas
Retinopati nefropati
Miokard infrak stroke gangrendiabetik
Ggn. Integritas kulit
|
Resiko injury
|
4. Tanda dan Gejala
Gejala umum penderita dengan
gangren diabetik, sebelum terjadi luka keluhan yang timbul adalah berupa
kesemutan atau keram, rasa lemah dan baal pada tungkai dan nyeri pada
waktu istirahat.Akibat dari keluhan ini, apabila penderita mengalami
trauma atau luka kecil hal tersebut tidak dirasakan.Luka tersebut
biasanya disebabkan karena penderita tertusuk atau terinjak paku
kemudian timbul gelembung pada telapak kaki. Kadang menjalar sampai
punggung kaki dimana tidak menimbulkan rasa nyeri sehingga bahayanya
mudah terjadi infeksi pada gelembung tersebut dan akan menjalar dengan
cepat (Subjahyo A,1998). Apabila luka tersebut tidak sembuh-sembuh.
Biasanya gejala yang menyertai adalah kemerahan yang makin meluas, rasa
nyeri makin meningkat, panas badan dan adanya nanah yang makin banyak
serta adanya bau yang semakin tajam.
5. Penatalaksanaan
Pengobatan dan Perawatan Luka
Pengobatan dari gangren diabetik
sangat dipengaruhi oleh derajat dan dalamnya ulkus, apabila dijumpai
ulkus yang dalam harus dilakukan pemeriksaan yang seksama untuk
menentukan kondisi ulkus dan besar kecilnya debridement yang akan
dilakukan. Dari penatalaksanaan perawatan luka diabetik ada beberapa
tujuan yang ingin dicapai, antara lain :
· Mengurangi atau menghilangkan factor penyebab
· Optimalisasi suanana lingkungan luka dalam kondisi lembab
· Dukungan kondisi klien atau host
(nutrisi, kontrol DM, kontrol faktor penyerta)
· Meningkatkan edukasi klien dan keluarga
Perawatan luka diabetic :
1) Mencuci luka
Mencuci luka merupakan hal pokok
untuk meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka
serta menghindari kemungkinan terjaadinya infeksi. Proses pencucian luka
bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang
berlebihan, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolik tubuh pada
permukaan luka. Cairan yang terbaik dan teraman untuk mencuci luka
adalah yang non toksik pada proses penyembuhan luka (misalnya NaCl
0,9%). Penggunaan hidrogenperoxida, hypoclorite solution dan beberapa
cairan debridement lainnya, sebaliknya hanya digunakan pada jaringan
nekrosis / slough dan tidak digunakan pada jaringan granulasi. Cairan
antiseptik seperti provine iodine sebaiknya hanya digunakan saat luka
terinfeksi atau tubuh pada keadaan penurunan imunitas, yang kemudian
dilakukan pembilasan kembali dengan saline. (Gitarja, 1999; ).
2) Debridement
Debridement adalah pembuangan
jaringan nekrosis atau slough pada luka. Debridement dilakukan untuk
menghindari terjadinya infeksi atau selulitis, karena jaringan nekrosis
selalu berhubungan dengan adanya peningkatan jumlah bakteri. Setelah
debridement, jumlah bakteri akan menurun dengan sendirinya yang diikuti
dengan kemampuan tubuh secara efektif melawan infeksi. Secara alami
dalam keadaan lembab tubuh akan membuang sendiri jaringan nekrosis atau
slough yang menempel pada luka (peristiwa autolysis). Autolysis adalah
peristiwa pecahnya atau rusaknya jaringan nekrotik oleh leukosit dan
enzim lyzomatik. Debridement dengan sistem autolysis dengan menggunakan
occlusive dressing merupakan cara teraman dilakukan pada klien dengan
luka diabetik. Terutama untuk menghindari resiko infeksi.(Gitarja W,
1999).
Membuang
jaringan nekrosis/slough (support autolysis ), kontrol terhadap
infeksi/terhindar dari kontaminasi, nyaman digunakan dan menurunkan rasa
sakit saat mengganti balutan dan menurunkan jumlah biaya dan waktu
perawatan (cost effektive). Jenis balutan: absorbent dressing,
hydroactive gel, hydrocoloid. (Gitarja, 1999; hal. 16).
Selain pengobatan dan perawatan
diatas, perlu juga pemeriksaan Hb dan albumin minimal satu minggu
sekali, karena adanya anemia dan hipoalbumin akan sangat berpengaruh
dalam penyembuhan luka. Diusahakan agar Hb lebih 12 g/dl dan albumin
darah dipertahankan lebih 3,5 g/dl. Dan perlu juga dilakukan monitor
glukosa darah secara ketat, Karena bila didapatkan peningkatan glukosa
darah yang sulit dikendalikan, ini merupakan salah satu tanda
memburuknya infeksi yang ada sehingga luka sukar sembuh.
Untuk mencegah timbulnya gangren
diabetik dibutuhkan kerja sama antara dokter, perawat dan penderita
sehingga tindakan pencegahan, deteksi dini beserta terapi yang rasional
bisa dilaksanakan dengan harapan biaya yang besar, morbiditas penderita
gangren dapat ditekan serendah-rendahnya. Upaya untuk pencegahan dapat
dilakukan dengan cara penyuluhan dimana masing masing profesi mempunyai peranan yang saling menunjang.
Dalam memberikan penyuluhan pada
penderita ada beberapa petunjuk perawatan kaki diabetik
(Sutjahyo A, 1998; hal. 8).
· Gunakan sepatu yang pas dan kaos
kaki yang bersih setiap saat berjalan dan jangan
bertelanjang kaki bila berjalan
· Cucilah kaki setiap hari dan
keringkan dengan baik serta memberikan perhatian khusus pada
daerah sela-sela jari kaki
· Janganlah mengobati sendiri apabila
terdapat kalus, tonjolan kaki atau jamur pada kuku kaki
Pemilihan Jenis Pengobatan
· Terapi Antibiotika
Pemberian antibiotika biasanya
diberikan peroral yang bersifat menghambat kuman gram positip dan gram
negatip.Apabila tidak dijumpai perbaikan pada luka tersebut, maka terapi
antibiotika dapat diberikan perparenteral yang sesuai dengan kepekaan
kuman.(Sutjahyo A, 1998; hal. 8).
· Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu
faktor penting yang berperan dalam penyembuhan luka. Penderita dengan
ganren diabetik biasanya diberikan diet B1 dengan nilai gizi : yaitu 60%
kalori karbohidrat, 20% kalori lemak, 20% kalori protein.
(Tjokroprawiro, A, 1998; hal. 26).
· Pemilihan jenis balutan
Tujuan pemilihan jenis balutan
adalah memilih jenis balutan yang dapat mempertahankan suasana
lingkungan luka dalam keadaan lembab, mempercepat proses penyembuhan
hingga 50%, absorbsi eksudat / cairan luka yanag keluar
berlebihanair yang digunakan untuk mecuci kaki antara 29,5 sampai 30 derajat Celsius dan diukur dulu dengan thermometer.
Janganlah menggunakan alat pemanas atau botol diisi air panas
Langkah langkah yang membantu meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah yang harus dilakukan, yaitu :
Janganlah menggunakan alat pemanas atau botol diisi air panas
Langkah langkah yang membantu meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah yang harus dilakukan, yaitu :
- Hindari kebiasaan merokok
- Hindari bertumpang kaki duduk
- Lindungi kaki dari kedinginan
- Hindari merendam kaki dalam air dingin
- Gunakan kaos kaki atau stoking yang tidak menyebabkan tekanan pada tungkai atau
daerah tertentu.
- Periksalah kaki setiap hari dan
laporkan bila terdapat luka, bullae kemerahan atau tanda-tanda radang,
sehingga dilakukan tindakan awal.
- Jika kulit kaki kering gunakan
pelembab atau cream.
KONSEP DASAR NYERI
A. Pengertian Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu
keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila
seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).Menurut InternationalAssociation
for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan
B. Fisiologi
nyeri
Reseptor nyeri adalah
organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.Organ tubuh
yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam
kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial
merusak.Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis
reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga
yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan
dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik
dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya
yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang
berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal
dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya
mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus)
terbagi dalam dua komponen yaitu :
1. Reseptor
A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan
tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan
cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
2. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat
(kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih
dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.
Struktur reseptor nyeri somatik dalam
meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah,
syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya.Karena struktur reseptornya
komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit
dilokalisasi.
Reseptor nyeri
jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ
viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya.Nyeri yang
timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan
organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, i=skemia dan
inflamasi.
C. Klasifikasi Nyeri
1. Menurut Tempat
a. Periferal Pain
1) Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
2) Deep Pain (Nyeri Dalam)
3) Reffered Pain (Nyeri Alihan)
Nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber
nyerinya.
b.
Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan
saraf pusat, spinal cord, batang otak dll
c. Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari
trauma psikologis.
d. Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada
bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom
pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan
stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan
merasa nyeri pada area yang telah diangkat.
e. Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan
sekitar.
2.
Menurut Sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang
b. Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang
lama
c.
Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas
tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap 10 – 15 menit, lalu
menghilang dan kemudian timbul kembali.
d. Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau
dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan
kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan
kecanduan.
3.
Menurut Berat Ringannya
a. Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
b. Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan
psikologis
c.
Nyeri Berat: dalam intensitas tinggi
4. Menurut ada/ tidaknya nosisepsi
a. Nyeri nosiseptif
a) Nyeri somatik
b) Nyeri viseral
b. Nyeri non-nosiseptif
c.
Nyeri neuropatik
5. Menurut gambaran kliniknya
a. Nyeri fisiologik
b. Nyeri patologik (nyeri klinik)
6. Menurut Waktu Serangan
Terdapat beberapa cara untuk mengklasifikasikan tipe nyeri.
Pada tahun 1986, The National Institutes of Health Concencus Conference
of Pain mengkategorikan nyeri menurut penyebabnya. Partisipan dari
konferensi tersebut mengidentifikasi 3 (tiga) tipe dari nyeri : akut,
Kronik Malignan dan Kronik Nonmalignan.
Nyeri akut timbul akibat dari cedera akut, penyakit atau
pembedahan. Nyeri Kronik Nonmalignan diasosiasikan dengan cedera
jaringan yang tidak progresif atau yang menyembuh. Nyeri yang
berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif disebut Chronic
Malignant Pain. Meskipun demikian, perawat biasanya berpegangan terhadap
dua tipe nyeri dalam prakteknya yaitu akut dan kronis. Dimana hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Carpenito (2000) berdasarkan
penyebab, lama dan munculnya nyeri dibedakan atas:
1) Nyeri Akut
Nyeri akut sebagai kumpulan pengalaman yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan sensori, persepsi dan emosi serta berkaitan
dengan respon autonomic, psikologok, emosional dan perilaku. Nyeri
akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien
yang mengalami nyeri akut baisanya menunjukkan gejala-gejala antara lain
: perspirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, dan
pallor
2)
Nyeri Kronis
Nyeri kronk adalah situasi aatu keadaan
pengalaman nyeri yang menetap atau kontinyu selama beberapa bulan atau
athun setelah fase penyembuhan dari suatu penyakit. Nyeri kronis
berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan klien
sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
Nyeri Akut
|
Nyeri Kronik
|
1.
Terjadi mendadak atau perlahan.
2. Intensitas: ringan sampai
dengan berat.
3.
Lamanya mencapai 6 bulan.
4. Respon sistem saraf
simpatis:
a. Denyut nadi meningkat
b.
Respiratori rate meningkat.
c. Tekanan darah meningkat.
d. Diaporesis
e. Dilatasi pupil.
5. Berhubungan dengan injuri jaringan dan penyembuhan
6. Respon prilaku:
a.
Mengeluh; Merintih; Menangis
b. Meraba area nyeri
c. Kelelahan
7. Dapat menimbulkan kecemasan.
8. Contoh: colik renal, nyeri posoperasi, nyeri tusuk jarum,
dll.
|
1. Terjadi lebih lambat.
2. Intensitas: ringan-berat.
3. Lebih dari 6 bulan.
4. Respon sistem saraf
para-simpatis:
a. Pupil normal/dilatasi
b.
Vital sign normal.
5. Berlanjut melampaui masa penyembuhan.
6. Mungkin tidak
memperlihatkan perubahan perilaku yang menunjukan adanya nyeri.
7. Sukar diingat kapan nyeri
pertama kali timbul.
8.
Dapat menyebabkan depresi dan menarik
diri.
9. Tidak mengeluh nyeri, jika tidak ditanya.
10. Contoh: nyeri kanker, nyeri arthritis, dll.
|
Skala nyeri dapat dibagi menjadi nyeri rendah (1-3), nyeri
sedang (4-6), nyeri berat (7-9) dan nyeri hebat (10). Tipe lain nyeri:
Tipe Nyeri
|
Deskripsi
|
Contoh
|
Nyeri Sebar
(radiating
pain)
|
Dirasakan
pada sumber nyeri dan meluas ke jaringan di-sekitarnya.
|
Nyeri
cardiac/angina
(nyeri ini tidak hanya dirasakan didalam dada tetapi
juga menyebar ke bahu kiri dan lengan kiri)
|
Nyeri Alih
(refered
pain)
|
Nyeri
dirasakan pada suatu bagian tubuh yang sangat jauh dari jaringan
penyebab nyeri tersebut
|
Nyeri dari suatu bagian visceral abdomen mungkin akan
dirasakan pada area kulit yang jauh dari organ penyebab
nyeri
|
Nyeri
Membandel
(intractabel pain)
|
Nyeri yang sangat resisten untuk dihilangkan
|
Nyeri berat akibat keganasan
|
Nyeri Phantom
|
nyeri yg
dirasakan pd bag tubuh yg sudah tidak ada (amputasi kaki)
Akibat
stimulasi dendrite
|
Terjadi pd
klien yg mengalamio nyeri sebelum bagian tubuhnya diamputasi
|
D. Etiologi
1. Trauma
a. Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
b. Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
c. Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau
basa kuat
d.
Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang
kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan
luka bakar.
2. Neoplasma
a.
Jinak
b.
Ganas
3.
Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung
saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh
pembengkakan. Misalnya : abses
Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
4.
Trauma psikologis
E. Stimulus
nyeri
Jenis Stimuli Nociceptor dan Dasar Fisiologisnya
Tipe stimulus
|
Dasar fisiologis
|
a) Mekanik
|
|
1) Trauma
pada jaringan tubuh.
|
Kerusakan jaringan;
iritasi langsung reseptor nyeri; inflamasi
|
2) Perubahan jaringan tubuh.
|
Menekan reseptor
nyeri
|
3) Sumbatan duktus
tubuh.
|
Distensi lumen duktur
|
4) Tumor
|
Menekan reseptor nyeri; iritasi ujung saraf
|
5) Spasme otot.
|
Terjadi stimulasi reseptor nyeri
|
b)
Termal:
Dingin dan panas yang ekstrim
|
Destruksi pd jaringan; stimulasi reseptor nyeri
|
c) Kimia
|
|
1) Iskemia jaringan
(sumbatan arteri koroner).
|
Stimulasi reseptor
nyeri karena akumulasi asam laktat (dan kimia lainnya seperti
bradikinin dan enzim-enzim) dalam jaringan
|
2) Spasme otot.
|
Stimulasi
mekanik; menyebabkan iskemia jaringan.
|
- Stimulasi Nociceptor:
Ketika
ambang nyeri tercapai dan/atau terdapat jaringan cedera, maka akan
dikeluarkan substansi antara lain: serotonin, histamin, ion potasium,
asam dan beberapa enzim. Substansi tersebut menstimulasi reseptor nyeri
(nociceptor). Area cedera juga akan mengeluarkan bradykinin (vasodilator
kuat dan dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh) dan dapat mendorong
dilepaskannya histamin (zat kimiawi penyebab inflamasi).
Bradykinin
& histamine menyebabkan area injuri menjadi kemerahan (rubor),
bengkak (edema), dan melunak.Bradykinin juga menstimulasi pelepasan
prostaglandin.Prostaglandin dapat menstimulasi reseptor nyeri dan
mempertinggi efek bradykinin dan histamin.
Substansi
P juga berperan sebagai stimulan terhadap nociceptor.Substansi P
merupakan neurotransmiter yang dapat mempertinggi pergerakan impuls
melewati sinap saraf dari primary afferent neuron ke second-order
neuron.Nociceptor dapat pula secara langsung distimulasi oleh kerusakan
pada sel reseptor atau akibat dilepaskannya zat-zat kimia seperti
bradykinin.
- Jalur nyeri
1. Jalur
Ascendens
Serat saraf C dan A-δ aferen yang menyalurkan implus
nyeri masuk ke medula spinalis di akar saraf dorsal.Serat-serat memisah
sewaktu masuk ke korda dan kemudian kembali menyatu di kornu dorsalis
posterior pada medula spinalis.Daerah ini menerima, menyalurkan, dan
memproses implus sensorik.Kornu dorsalis medula spinalis dibagi menjadi
lapisan-lapisan sel yang disebut lamina.Dua dari lapisan ini,
yang disebut substansia gelatinosa, sangat penting dalam transmisi dan
modulasi nyeri.Dari kornu dorsalis, implus nyeri dikirim ke
neuron-neuron yang menyalurkan informasi ke sisi berlawanan medula
spinalis di komisura anterior dan kemudian menyatu di traktus lateralis,
yang naik ke talamus dan struktur otak lainnya.Dengan demikian,
transmisi implus nyeri di medula spinalis bersifat kontrlateral terhadap
sisi tubuh tempat implus tersebut berasal.
Traktus
neospinotalamikus adalah suatu sistem langsung yang membawa informasi
diskriminatif sensorik mengenai nyeri cepat atau akut dari nosiseptor
A-δ ke daerah talamus.Sistem ini barakhir di dalam nucleus
posterolateral ventralis hipotalamus.Nyeri disebut juga sensasi thalamus
mungkin karena dibawa kesadaran oleh talamus.Sebuah neuron di thalamus
kemudian memproyeksikan akso-aksonnya melalui bagian posterior kapsula
interna untuk membawa implus nyeri ke korteks somatosensorik primer dan
girus pascacentralis.Dipostulasikan bahwa pola tersusun ini penting bagi
aspek sensorik-diskriminatif nyeri akut yang dirasakan yaitu, lokasi,
sifat, dan intensitas nyeri.
Traktur
paleospinotalamikus adalah suatu jalur multisinaps difus yang membawa
implus ke farmasio retikularis batang otak sebelum berakhir di nukleus
parafasikularis dan nukleus intralaminar lain di talamus, hipotalamus,
nukleus sistem limbik, dan korteks otak depan. Karena implus disalurkan
lebih lambat dari implus di traktus neospinotalamikus, maka nyeri yang
ditimbulkannya berkaitan dengan rasa panas, pegal, dan sensasi yang
lokalisasinya samar. Besar kemungkinannya sensasi viseral disalurkan
oleh sistem ini.Sistem ini sangat penting pada nyeri kronik, dan
memperantarai respons otonom terkait, perilaku emosional, dan penurunan
ambang sering terjadi.Dengan demikian, jalur paleospinotalamikus disebut
sebagai suatu sistem nosiseptor motivasional.
2. Jalur
Descendens
Salah satu jalur descendens yang telah
diidentifikasi sebagai jalur penting dalam sistem modulasi nyeri adalah
jalur yang mencakup tiga komponnen berikut:
a. Substans
grisea periakuaduktus (PAG) dan substansia grisea periventrikel (PVG)
mesensefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi akuaduktus Sylvius.
No comments:
Post a Comment